Komunikasi adalah penggunaan simbol dalam interaksi manusia, di mana bahasa digunakan untuk menyampaikan makna dan ide-ide antara individu guna memicu tindakan dan respons dari orang lain. Komunikasi manusia selalu dilakukan dengan tujuan tertentu dan mengantisipasi respons dari pihak lain. Komunikasi dapat bersifat lisan ketika menggunakan bahasa, atau non-verbal saat tidak melibatkan bahasa. Pola perilaku tertentu juga dapat memicu respon halus dan tidak langsung pada saat perilaku ambigu atau tidak dipahami sepenuhnya.
Komunikasi dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kategori, seperti komunikasi langsung dan tidak langsung, serta verbal dan non-verbal. Setiap bentuk komunikasi dapat memiliki unsur verbal dan non-verbal, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga, terdapat empat jenis pola komunikasi manusia, yaitu verbal langsung, verbal tidak langsung, non-verbal langsung, dan non-verbal tidak langsung.
Contoh komunikasi verbal langsung adalah ketika seseorang dengan jujur mengungkapkan perasaan atau pikirannya tanpa menyembunyikan atau mengubah maksudnya. Misalnya, jika seseorang merasa senang, mereka akan dengan langsung mengatakan bahwa mereka senang. Di sisi lain, komunikasi verbal tidak langsung melibatkan penggunaan ekspresi halus seperti sarkasme atau ejekan yang mungkin tidak langsung mengungkapkan perasaan sebenarnya.
Selain komunikasi verbal, ada juga komunikasi non-verbal yang melibatkan ekspresi wajah, bahasa tubuh, gerakan tangan, dan lain sebagainya. Misalnya, memukul seseorang secara langsung dapat menjadi bentuk komunikasi non-verbal yang langsung untuk mengekspresikan kemarahan. Namun, ada juga cara non-verbal yang tidak langsung, seperti mengalihkan pandangan saat merasa tidak nyaman atau mempertahankan kontak mata untuk menyampaikan pesan tertentu.
Kesimpulannya, baik komunikasi verbal maupun non-verbal memiliki peran penting dalam menyampaikan emosi dan ide dengan jelas, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Komunikasi adalah inti dari interaksi manusia dan non-manusia, dimana kita dapat berkomunikasi melalui berbagai cara seperti sentuhan, suara, simbol, kata, kalimat, dan juga tindakan. Tubuh adalah media yang sangat penting dalam komunikasi, karena bahasa tubuh memainkan peran kunci dalam psikologi komunikasi. Komunikasi intim dengan pasangan seringkali dilakukan melalui bahasa tubuh, termasuk dalam interaksi seksual yang juga merupakan bentuk komunikasi penting bagi manusia dan hewan. Psikologi komunikasi mempelajari berbagai tahap dalam proses komunikasi individu, mulai dari menerima informasi eksternal melalui mendengarkan atau membaca, menginterpretasikan rangsangan yang diterima, hingga merespons informasi tersebut melalui perilaku. Ketiga tahap ini didukung oleh unsur-unsur yang berperan dalam memfasilitasi proses komunikasi.
1. Proses penyerapan informasi melalui organ-organ indera adalah ketika kita hanya menerima suara, warna, kata-kata, dan semua data dari luar. Absorpsi ini merupakan proses yang bersifat obyektif.
2. Ketika kita melakukan interpretasi atau analisis informasi, otak kita bekerja untuk menganalisis stimulus eksternal, ekspresi, serta isyarat verbal dan non-verbal. Proses interpretasi ini bersifat subjektif.
3. Reaksi atau respons terhadap rangsangan dilakukan melalui komunikasi fisik seperti pidato, bahasa, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh. Reaksi ini merupakan hasil dari proses yang bersifat subjektif dan obyektif. Ketika kita dihadapkan pada stimulus tertentu, kita memiliki prediksi tanggapan yang obyektif, tetapi reaksi kita bisa berbeda-beda tergantung pada bagaimana kita menafsirkan situasi secara subjektif. Misalnya, kita bisa meniru reaksi seseorang dengan tersenyum ketika melihat orang tersebut tersenyum, atau sebaliknya, ketika kita mencoba untuk menghindar dari tatapan seseorang yang mencoba untuk melihat kita.
Respon atau tanggapan yang muncul dalam diri seseorang dapat menjadi rangsangan bagi orang lain. Rantai respons atau stimulus bisa terjadi dalam peristiwa yang terpisah sama sekali. Behavioris cenderung melihat komunikasi sebagai pola respons terhadap stimulus, di mana individu merespons rangsangan dan berkomunikasi melalui perilaku. Di sisi lain, psikoanalisis Freud menekankan pentingnya interpretasi dalam komunikasi, yang berkaitan dengan bagaimana kita merespons informasi eksternal berdasarkan pengalaman subjektif kita sendiri. Sehingga, stimuli eksternal atau mediator dalam pikiran individu dianggap sebagai aspek krusial dalam komunikasi menurut psikoanalisis. Meskipun demikian, behavioris cenderung mengabaikan aspek interpretasi tersebut, dan melihat komunikasi hanya sebagai serangkaian stimulus mekanis dalam pola respons. Oleh karena itu, dalam pandangan psikologi perilaku, kita cenderung melihat obyek dan bereaksi melalui komunikasi seolah-olah seperti program komputer. Meskipun terkesan aneh, pentingnya pikiran dan kesadaran dalam komunikasi telah diakui belakangan ini dalam bidang psikologi ilmiah.
Metode komunikasi juga menarik karena manusia dapat berkomunikasi melalui kata-kata tertulis serta lisan, dan juga melalui surat, pesan, panggilan telepon, pertemuan tatap muka, kontak fisik, pandangan mata, dan bahkan melalui seks. Di tingkat yang lebih luas, komunikasi dapat dilakukan melalui seminar, konferensi, berita acara, surat kabar, siaran pers, buku, brosur, serta kampanye atau propaganda. Ada pula metode komunikasi baru yang menggunakan teknologi informasi seperti chatting via chatroom, internet, email, pesan teks, forum, blog, dan jaringan sosial. Teknologi telah membuka peluang baru untuk komunikasi dan saat ini dunia kita sangat bergantung pada seberapa jauh dan seberapa cepat orang dapat berkomunikasi.
Komunikasi merupakan inti dari kehidupan modern kita, namun merupakan proses yang rumit dan sulit. Terdapat kesenjangan antara ide-ide yang dikomunikasikan dan ide-ide yang diterima, kesenjangan ini sering kali disebabkan oleh kurangnya pertimbangan terhadap semua unsur komunikasi, baik verbal maupun non verbal. Oleh karena itu, dalam situasi pertemuan pribadi atau bisnis, proses komunikasi tidak hanya melibatkan penyampaian ide secara verbal, tetapi juga ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang bersifat non-verbal.
Tujuan komunikasi hampir selalu disengaja dan termotivasi, seperti saat kita berharap mendapatkan respons dari lawan bicara. Komunikasi pada dasarnya didasarkan pada antisipasi respon dari pihak lain, sehingga memiliki tujuan yang jelas. Namun, terdapat kesenjangan komunikasi yang dapat menimbulkan masalah dalam prosesnya. Tujuan komunikasi bisa tercapai baik ketika ide-ide disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.
Metode komunikasi jarak jauh seperti email dan internet, panggilan telepon, dll, membawa tantangan baru dalam memahami komunikasi. Kita sulit untuk 'menginterpretasikan' stimulus yang kita terima karena tidak bisa melihat lawan bicara secara langsung. Kemampuan untuk 'menginterpretasikan' rangsangan komunikatif sangat penting dalam proses komunikasi. Penafsiran atau derivasi makna dari apa yang kita dengar atau lihat bergantung pada kebutuhan kita dalam menganalisis semua isyarat bahasa tubuh tidak langsung, ekspresi wajah, dan petunjuk bawah sadar.
Manusia cerdas tidak selalu mengambil semua informasi yang diberikan, namun komunikasi antar muka (face to face) memberikan kepastian dalam penafsiran makna yang benar. Oleh karena itu, tatap muka atau wawancara masih menjadi metode komunikasi yang paling efektif.
Dalam konteks ini, terdapat tiga tahap komunikasi yang mengandung unsur penting tertentu. Adanya kesenjangan komunikasi seringkali terjadi karena keterbatasan diri sendiri atau teknologi.
0 Komentar